Taricente manis dari betawi merupakan contoh tari yang disajikan secara. SD. SMP. SMA SBMPTN & UTBK. Produk Ruangguru. Beranda; SMP; Seni; Tari cente manis dari betawi merupakan contoh tari FM. Fahmi M. 14 Januari 2022 00:52. Pertanyaan. Tari cente manis dari betawi merupakan contoh tari yang disajikan secara. Mau dijawab kurang dari 3
TariCente Manis Dari Betawi Merupakan Jenis Tarian Dengan Penyajian - Keunikan Sejarah Gerakan Tari Cokek Tarian Tradisional Daerah Betawi Jakarta Tipstriksib : Maybe you would like to learn more about one of these?. Tari cente manis dari betawi merupakan jenis tarian dengan penyajian. Check spelling or type a new query.
Gambang kromong merupakan kesenian musik yang berasal dari Betawi. Biasanya gambang kromong dimainkan saat mengiringi pertunjukan lenong serta tari cokek. Adapun contoh dari lagu sayur adalah kicir-kicir, jali-jali, kramat karem, ondel-ondel, gelatik ngunguk, surilang, cente manis, sayur asem dan juga sayur lodeh. Macam Macam
Tarirenggong manis merupakan tarian suku Betawi yang merupakan perpaduan dari persilangan budaya. Tari ini menceritakan tentang ungkapan bahagia serta kebersamaan remaja putri dari kombinasi budaya Betawi, Arab, Cina Klasik dan India. Tarian Betawi ini umumnya dilakukan pada acara yang bersifat resmi seperti penyambutan para tamu.
PourtƩlƩcharger le mp3 de Tari Cente Manis, il suffit de suivre Tari Cente Manis mp3 If youre looking to download MP3 tracks for free, there are several things you need to keep in mind. First, ensure that the app youre using is free, and that it is compatible with the platform youre using. So that you can keep the files where youd like. If its not clear which to pick, follow our short guide
Nah otomatis mereka membawa serta budaya mereka, termasuk makanan khas mereka. Jadilah tertukar-tukar dan menyerupai wisata kulinernya. 4. Kue talam. 5. Gado-gado. 6. Soto Betawi. Info gak penting dariku: saya sendiri mengganti santan dengan susu kedelai; atas pertimbangan untuk mencegah kolesterol.
Kesenianini berawal dari gambang kromong yang mendapat pengaruh dari Cina. Pengaruh itu tampak dari alat musiknya, melodi, tema cerita, dan para pelakunya yang kebanyakan dari Cina peranakan. Alat musiknya antara lain gambang, kenong, gendang, kecrek, gong dan alat musik Cina seperti tehyan, kongahyang, dan shukong. Instrumen yang tergabung dalam gambang rancag terbuat dari bambu (suling), kayu (gendang), dan resonator seperti sukong, perunggu (kromong, gong, kecrek), dan kulit (kendang).
TariTopeng Betawi bersifat teatrikal, dengan cerita kehidupan masyarakat yang ditampilkan dalam gerakan dan lakon yang mengandung pesan moral. Tarian ini awalnya dipentaskan keliling sebagai hiburan dalam acara pesta seperti khitanan atau pernikahan karena dipercaya bisa menjauhkan dari marabahaya.
Tariyang diiringi Rebana Biang ialah tari Blenggo. Tanjidor Musik Tanjidor diduga berasal dari bangsa Portugis yang datang ke Betawi pada abad ke 14 sampai 16. Menurut sejarawan, dalam bahasa Portugis ada kata tanger yang artinya memainkan alat musik. Memainkan alat musik ini dilakukan pada pawai militer atau upacara keagamaan.
AssalamualaikumWr.Wb Selamat Datang di Trit ane Gan Sesuai judulnya,disini ane mau ngeshare kesenian khas betawi. Dan kebetulan ane orang betawi,itung itung ngebantu ngelestariin budaya betawi yang hampir punah gan. Langsung ajaa Kesenian Gambang Kromong berkembang pada abad 18, khususnya di sekitaran daerah Tangerang. Bermula dari sekelompok grup musik yang dimainkan oleh beberapa orang pekerja
vadt. Sabtu, 10 Juni 2023 1747 Reporter Budhi Firmansyah Surapati Editor Budhy Tristanto 367 Foto Budhi Firmansyah Surapati - Even budaya "Keriaan Tembang Betawi" yang digelar di RPTRA Pulo Besar RW 11 Kelurahan Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang dihadiri ratusan warga, Sabtu 10/6, berlangsung meriah. D apat sambutan antusias dari masyarakat Kegiatan hasil sinergisitas Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara bersama Sanggar Jayananda, yang menghadirkan penampilan seni Gambang Kromong serta Tarian Betawi ini digelar dalam rangka menyambut HUT ke-49 Kota Jakarta. Lurah Sunter Jaya, Eka Persilian Yeluma mengatakan, kegiatan yang digelar sejak pagi hingga sore ini mendapat sambutan antusias dari warga. Mereka tidak hanya menikmati performance atraksi seni musik dan tari, tapi juga dapat berbelanja di stand UKM yang ada di acara ini."Total ada 25 pelaku UKM dari warga Kelurahan Sunter Jaya berpatisipasi. Kebanyakan menyajikan kuliner Betawi," Eka, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan diselenggarakan di wilayahnya, karena selain mengedukasi tentang kesenian Betawi, kegiatan juga berdampak terhadap peningkatan ekonomi pelaku UKM di wilayahnya. Ketua Sanggar Jayananda, Nur Wijayanto menambahkan, kegiatan dibuka penampilan Tari Kembang Pesisir dari Sanggar Sri Budaya. Selanjutnya sejak pukul hingga tadi pengunjung dihibur Gambang Kromong yang menampilkan berbagai lagu Betawi seperti Jali-Jali, Sirih Kuning dan Centhe Manis. Selain menyambut HUT Jakarta, jelas Nur, kegiatan ini juga untuk menggairahkan kembali seniman Betawi setelah sempat vacum selama pandemi COVID-19."Kami tidak menyangka dapat sambutan antusias dari masyarakat," tandasnya.
āŗ Tanah Betawi tumbuh dan berkembang dengan beragam akulturasi kebudayaan, makanan, seni hingga tradisi dan ritual masyarakatnya. Peradaban dan modernitas yang terus berjalan membuat kesenian tradisi menjadi terpinggirkan. KOMPAS/TOTOK WIJAYANTOWarga berfoto di depan patung ondel-ondel yang dipasang di kawasan Pancoran Glodok, Tamansari, Jakarta Barat, tempat berlangsungnya Festival Pecinan 2019, Selasa 19/2/2019. Festival yang akan berlangsung hingga Rabu 20/2/2019 ini diisi dengan berbagai atraksi kesenian daerah, baik Betawi maupun catatan sejarah menunjukkan bahwa pada abad ke-2 telah ada masyarakat menghuni di sekitar sungai Ciliwung yang disebut sebagai Proto Melayu. Dari kawasan ini pula, perkembangan kota Batavia memberikan banyak kontribusi pada etnis yang tumbuh di kota perdagangan, Batavia banyak disinggahi kapal saudagar dari Cina, Persia, Portugis, dan Belanda. Seiring berjalannya waktu, kebudayaan berbagai etnik saling mempengaruhi hingga terjalin akulturasi budaya. Ketika terjadi pemberontakan Cina di Batavia tahun 1740, sebagian besar orang Cina lari ke wilayah Tangerang dan Bekasi. Bersamaan dengan itu, dunia kesenian juga tumbuh dengan ditandai kesenian Gambang Keromong yang mulai berkembang di Keromong semula berselendro China, lambat laun memasukkan unsur slendro Jawa, Sunda dan Deli kemudian masuk unsur Portugis dan Timur Tengah, dan seiring berjalan waktu akhirnya menjadi musik Gambang Kromong ini menjadi saksi perjalanan sejarah Peranakan Cina dan akulturasi beragam budaya di tanah Betawi. Kesenian Gambang Keromong juga berperan dalam pertunjukan Lenong, seperti misalnya pada teater China dan Tarian catatan Kompas, akulturasi budaya Betawi tergambar jelas pada busana pengantin Betawi yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab Yaman Selatan, Hadramaut dan China Hokian. Awalnya jubah pengantin pria bersulam naga dan asesori khas China, sementara pengantin perempuan hanya sedikit berbeda dengan pengantin China asli yaitu hilangnya sulaman bergambar delapan dewa di mahkota Kompas, 1 Desember 2009, "Gambang Kromong Teluk Naga".Di Indonesia, Gambang Keromong pernah populer pada tahun 1960-an oleh Lilis Suryani. Selanjutnya, pada tahun 1970-an, Benyamin Sueb berduet dengan Ida Royani yang membuat Gambang Keromong semakin familiar bagi masyarakat Betawi saat dari dialek bahasanya, Betawi dikategorikan dalam dua wilayah, yaitu Betawi Tengah dan Betawi Pinggir. Dari sisi kesenian pun berbeda, Betawi Pinggir lebih banyak menghasilkan kesenian musik seperti Gambang Keromong, Tanjidor, dan Lenong yang dahulunya dipengaruhi oleh kaum Peranakan Tionghoa. Bahkan, Ondel-ondel berasal dari budaya agraris yang banyak terdapat di Betawi Betawi Tengah lebih dekat dengan seni ke-Islaman seperti Samrahan, Rebana, dan Hadrah yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Timur Tengah. Namun, untuk wilayah Glodok dengan mayoritas warga keturunan Tionghoa, kesenian Gambang Keromong dan Tari Cokek lebih SOEKIRNOSalah satu kesenian tradisional, gambang keromong masih disukai pengunjung Festival Cisadane 2005. Dalam keseharian jenis kesenian ini biasa mengiringi penyanyi cokek yang membawakan lagu berbahasa China dan Betawi 16/6/2005.Tari CokekDalam pemberitaan Kompas 2 Juli 1999 berjudul āCokek, Tradisi Lokal yang Terpinggirkanā disebutkan asal mula tari Cokek memiliki berbagai pertama mengatakan tari Cokek bermula pada masa para tuan tanah menguasai Batavia pada abad ke 19, khususnya di daerah Kota atau Beos. Para tuan tanah Cina yang sangat kaya raya seringkali membutuhkan hiburan sehingga membuat pesta setiap malam Minggu. Pesta yang hanya dihadiri oleh orang Belanda dan Cina kaya itu biasanya dimeriahkan dengan musik Gambang Keromong. Di sanalah para āpembantuā dengan ketrampilan menari dan menyanyi memeriahkan acara sambil melayani tamu laki-laki yang dikenal dengan penari kedua menyebutkan Cokek berasal dari Teluk Naga di Tangerang yang dikuasai oleh tuan tanah bernama Tan Sio Kek. Ia memiliki group musik dan alat musiknya bertambah ketika kedatangan tamu dari Cina daratan yang membawa te-hi-ang, su-kong dan khong-a-yan. Sejak itu ia memiliki instrumen lengkap Gambang Keromong yang sering dimainkan dengan perempuan penari yang disebut cokek, anak buah Tan Sio penari Cokek mengajak menonton ikut menari dengan melemparkan Cukin selendang pada penonton. Kegiatan itu biasa disebut ngibing, yaitu penonton biasanya laki-laki akan ikut menari bersama penari dan memberikan uang atau saweran. Kebersamaan antara penari dan penonton ini merupakan sebuah kebiasaan yang menarik bagi yang dikenakan penari Cokek, yaitu kebaya dengan kain batik serta selendang yang berfungsi sebagai cukin, dalam tarian Jawa biasa disebut melempar sampur. Gambang Kromong mengiringi Tarian Cokek dengan lagu yang biasa dibawakan, yaitu Gelatik Nguk-nguk, Cente Manis, dan Stambul Cokek yang sudah terlanjur dikenal sebagai tari pergaulan, sarat dengan erotisme karena gerakan yang mudah dan cenderung menampilkan gerakan erotis. Kehadiran laki-laki yang ikut ngibing dan memberi saweran dengan cara menyelipkan uang di balik kebaya penari membuatnya bernuansa mesum. Bahkan, konon penari cokek juga bisa diajak berhubungan seks yang memberikan kesan berelasi dengan prostitusi, ditambah lagi dengan suasana hiburan yang lekat dengan rokok dan minuman itu membuat prihatin pegiat seni peranakan Tionghoa. Pada 1980 ada upaya gerakan untuk mencoba mengembalikan marwah Tari Cokek. Konon pada abad 17 telah ada tari Sipatmo atau Shiu Pat Mo sebagai tarian agung yang biasa dibawakan untuk upacara adat di klenteng untuk menutup Cap Go Meh di hari 15 Imlek. Namun, hilang bersamaan dengan makin meluasnya tari tahun 1980-an seorang pegiat tari Memeh Kerawang atau Tan Gwat Nio menghidupkan kembali tari Sipatmo. Namun sayangnya, Memeh wafat tahun 1988 yang berimbas seni tari Sipatmo meredup. Tari Sipatmo sempat dibangkitkan oleh keturunan Memeh Kerawang dengan tampil dalam Parade Tari di Bali tahun 2014, bahkan mendapatkan juara tari Sipatmo dalam arena tari tersebut karena kepedulian masyarakat Cina Benteng yang didukung oleh Dinas Kesenian Jakarta. Untuk mendukung pariwisata dan ekonomi lokal, tari Cokek Sipatmo dihidupkan kembali dengan menggerakkan perempuan Cina Benteng sebagai seni budaya Kota pemberdayaan kesenian Cina Benteng di dukung oleh LSM Pusat Pengembangan Sumber Daya Wanita PPSW Jakarta yang memberikan pelatihan menari Sipatmo pada perempuan pengurus KWPS Lentera Benteng Jaya dan sejumlah siswa SMP Gracia kota Tangerang tahun Cokek Sipatmo dikreasi sebagai tarian agung yang dipersembahkan pada upacara khusus di klenteng atau perayaan Cap Go Meh. Gerakannya, yaitu gerak soja, nindak lenggang, geser kanan kiri, ngawen, nindak lenggang, ngawun, nindak lenggang, pelipis, japing, nindak lenggang, nindak empat, geser kanan kiri, sliwang, nindak lengang, glatik nguk nguk, tumpang depan, tumpang belakang dan soja akhir. Gerakan-gerakan tersebut terselip nilai filosofi, yaitu menjaga kesucian sembilan lubang; yaitu hati, ampun pada sang pencipta, menjaga pikiran, menjaga telinga, menjaga mata, menjaga hidung, menjaga mulut, menjaga kemaluan dan menjaga HILMI FAIQTari sipatmo hasil kreasi baru ditampilkan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta 12/9/2014. Tari sipatmo semakin ditinggalkan seiring berkembangnya budaya KeromongPada abad 18 pemimpin Tionghoa, yaitu Kapten Noe Hoe Kong menggabungkan alat musik khas China yang populer pada tahun 1930-an di kalangan peranakan Tionghoa yang saat ini dikenal dengan nama Cina tradisional itu berfungsi menyemarakkan upacara adat dalam lingkaran hidup seseorang seperti perkawinan, nazar, sunatan dan juga mengiringi Tarian Cokek atau Lenong. Hingga saat ini, warga Cina Benteng masih menggunakan Gambang Keromong dalam upacara penikahan. Lambat laun orkes Gambang Keromong makin terkenal hingga Tangerang, Bekasi dan bagian utara kota Bogor ataupun kawasan yang dikenal merupakan area budaya musik Gambang Kromong berawal dari tiga alat gesek khas Cina, yaitu Tehyan, Kongahyan dan Shukong yang terbuat dari bambu, tetapi kemudian berganti dengan batok kelapa agar suara geseknya lebih keras. Kemudian mendapat pengaruh Jawa dan Bali dengan 10 buah kromong atau kenong yang terbuat dari perunggu atau besi, serta kecrek, kenong dan 18 bilah kayu Gambang Keromong biasanya bersifat humor, gembira dan terkadang ejekan atau sindiran dan tidak seperti lagu pobin yang tenang, hingga lagu pobin jarang dimainkan. Lagu klasik Betawi yang biasanya diiringin Gambang Keromong, antara lain, āMas Nonaā, Gula Lantingā, āSemar Guremā, āTanjung Burungā, āMawar Tumpahā, dan āSayur Asemā. Lagu pop Betawi sayur antara lain āJali-jaliā, āStambulā, āSurilangā, āPersiā, āAkang Hajiā, āKramat Karemā, āLenggang Kangkungā, dan āSirih Kuningā. Mulanya Gambang Keromong hanya menggunakan Kongahyan, Tehyan dan sukong yang merupakan adaptasi dari alat musik gesek asli Cina yang disebut Erhu. Setelah itu berkembang menggunakan basing/suling yang dimainkan bersama gambang, gendang, kecrek dan instrumen pukul tradisional yang terdiri dari bilah 18 buah dengan berbagai ukuran yang mirip seperti xilofon yang dipadang dalam resonator yang berbentuk seperti perahu. Alat ini dimainkan dengan cara dipukul dan memiliki tiga oktaf, nada terendah adalah nada Liuh g dan nada tertinggi adalah Siang c.Kongahyan, Tehyah dan ShukongKongahyan, Tehyan dan Shukong adalah alat musik gesek dengan dua dawai. Ketiganya terdiri atas resonator badan dari tempurung kelapa yang dibelah dan dilapisi kulit tipis. Dengan tiang kayu jati berbentuk bulat panjang dan purilan atau alat penegang adalah instrumen logam yang berbentuk mirip Bonang perangkat musik Jawa. Keromong terdiri dari 10 buah dalam 2 baris ini mempunyai nada Tionghoa. Pada bagian luar keromong terdiri dari nada Siangc, Liuh a, U g, Kong e, Che d yang ditabuh/dipukul secara bersamaan antara barisan luar dan dalam, seperti 1-8 satu dengan delapan 2-10, 3-9, 4-7, dan dan Kempul Alat musik ini terbuat dari kuningan atau perunggu berbentuk seperti lingkaran dengan bagian tengah yang menonjol. Diletakkan dengan posisi menggantung dan saling berhadapan. Gong berfungsi sebagai penentu irama dasar berukuran 85 cm, sementara Kempul memiliki ukuran 45 cm berfungsi sebagai pembatas ritme melodi. Oleh karena itu gong dan kempul berfungsi sebagai hitungan ini terbuat dari bambu kecil terbentuk berbentuk panjang dengan enam buah lubang nada yang dapat dimainkan secara horisontal atau sejajar dengan musik perkusi terbuat dari kepingan logam tipis berbahan besi kuningan, perunggu, besi sebanyak dua hingga empat yang diikat/disusun di atas kayu. Instrumen ini dimainkan dengan cara memukul tongkat pendek dari kayu di tas kepingan yang tersusun tersebut. Instrumen ini berfungsi sebagai penghias irama lagu gambang musik pukul yang terbuat dari kayu slinder dengan ronggo. Pada lubang di kedua sisi ditutup menggunakan kulit yang tidak sama besarnya. Dimainkan dengan cara ditepuk menggunakan sio-loAlat musik ini berbentuk dua piringan logam perunggu atau kuningan berdiameter 10 cm yang ditempelkan pada sebuah kayu di kedua sisinya. Cara memainkan Ningnong adalah dengan menggunakan tongkat besi kecil secara bergantian di kedua SANTOSA"Ngibing" atau bertandak bersama cokek diiringi musik gambang kromong menjadi tradisi khas masyarakat China Benteng di sekitar Tangerang, Provinsi Banten 8/4/2007. Ngibing atau bertandak bersama Cokek diiringi musik Gambang Kromong menjadi tradisi khas masyarakat Tionghoa Benteng di sekitar Tangerang, Provinsi Banten. Acara ini merupakan pertemuan budaya Tionghoa Peranakan dan Betawi yang sudah hidup berabad MarawisHajir Marawis adalah kesenian yang berasal dari Timur Tengah dengan unsur kental keagamaan karena lirik lagu yang dibawakan berupa pujian-pujian pada sang Pencipta. Alat musik adalah Hajir gendang besar diameter lebar 45 sentimeter dan tinggi 60-70 sentimeter. Marawis gendang kecil diameter lebar 20 sentimeter dan tinggi 19 sentimeter, Rumbuk berbentuk seperti dandang serta dua potong kayu bulat diameter 10 Marawis memiliki tiga nada berbeda untuk lagu yang berbeda pula, untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat maka nada Sarah dan Zaife yang digunakan. Sedangkan nada Zaife sering digunakan untuk lagu pujian pada Rasulullah atau Nabi Muhammad dalam bentuk sholawat Nabi, dengan tempo lambat terkadang digunakan untuk lagu-lagu ini biasanya dimainkan oleh 10 orang, setiap orang memainkan satu alat musik sambil bernyanyi dan seluruh pemainnya laki-laki, biasanya tampil pada acara pernikahan atau hari raya perayaan tertentu. Hajir Marawis hidup dan tampil dalam komunitas Betawi keturunan Arab Kompas, 11 Desember 2002, "Lebaran di Condet Bersama Hajir Marawis".KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUMPenjual alat musik tradisional Betawi yang disebut Tehyan, terlihat di salah satu sudut di Festival Palang Pintu XI di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan, Sabtu 28/5. Selain musik tradisional Betawi Gambang Kromong, festival ini dimeriahkan berbagai penampilan seni budaya Betawi lainnya seperti ondel-ondel, palang pintu, tarian, dan adalah seni musik dengan alat musik yang dipegang dan dibunyikan dengan cara ditepuk jari. Ada tiga jenisnya, yaitu Biang, Hadroh dan Ketipring. Rebana biang adalah satu set rebana yang terdiri dari tiga buah rebana yang paling besar disebut Biang dengan diameter 60-80 cm, lalu ada Kotek yang berukuran 60 cm, dan yang paling kecil disebut Kendang dengan diameter 30 dimainkan, mereka memiliki fungsi yang berbeda, yang paling besar berfungsi seperti gong lalu gendang dipukul pukulan Gong. Sementara, rebana Biang yang paling besar berfungsi seperti gong, kemudian Kendang dipukul atau ditepuk secara rutin sedangkan Kotek untuk improvisasi dan dimainkan oleh orang yang Hadro berukuran 25-35 cm terbuat dari kayu terdapat tiga pasang lingkaran yang berfungsi sebagai kecrek, dalam permainan rebana Hadro berfungsi sebagai Ketimpring adalah rebana paling kecil dengan ukuran 20-25 cm yang terdiri dari tiga buah, yaitu rebana tiga, rebana empat dan rebana lima. Rebana Hadro atau rebana lima berfungsi sebagai pemberi musik yang berasal dari Timur Tengah ini erat dengan seni acara keagamaan Islam, misalnya saja perayaan Maulid Nabi Muhammad atau saat acara penutupan pengajian menjelang Ramadhan. Oleh karena itu, kesenian Rebana menjadi bagian dari hiburan dan perayaan di dalam kelompok pengajian atau Majlis Taklim dan hidup di dalam ini tidak menjadi kesenian hiburan seperti Gambang Keromong, Tari Cokek, Tanjidor ataupun Lenong, tetapi hidup dalam komunitas ke-Islaman seperti pesantren dan Majlis Taklim. Rebana masih tetap dimainkan oleh kelompok sendiri bukan untuk tujuan komersial melainkan hiburan kesenian merupakan permainan dari sembilan alat musik, seperti trompet piston, trompet trombon, trompet bas, trompet tenor, simbal, suling klarinet dan panil. Menurut Kamus Ensiklopedia Indonesia terbitan Ichtiar Baru tahun 1984, Tanjidor berasal dari bahasa Portugis tangedor, yaitu kelompok musik berdawai. Group musik ini biasanya tampil pada acara pesta pernikahan ataupun hajatan sunatan, atau acara hadir pada abad ke-20, ketika tuan tanah yang memiliki para budak ingin mendapatkan hiburan tetapi tidak mampu mendatangkan musik dari Eropa karena sangat mahal biayanya. Sehingga mereka meminta para budak untuk memainkan alat musik tersebut hingga masa perbudakan lagu yang biasa dimainkan adalah Poho Ke Balik, Ketepang Sono, Jali-Jali, Stambul, Gaplek, Kembang Kacang, Persi sampai lagu arakan Mars Jalan. Jika dahulu tanjidor sering dipanggil untuk mengisi hajatan, tetapi lambat laun semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya, karena lebih tertarik dengan dangdut atau lagu-lagu bertahan menyambung hidup para pemainnya banyak yang menjadi buruh kasar dan tetap bermain tanjidor jika ada panggilan. Namun, untuk yang tidak laku lagi, mereka akhirnya menjadi pengamen jalanan, khususnya pada 15 hari pertama yang terjadi pada Kelompok Tanjidor Kampung Pulo, Tambun yang sudah tidak lagi diundang masyarakat. Sejak tahun 1977, mereka mengamen di beberapa wilayah di Jakarta terutama di wilayah yang banyak warga Tionghoanya Kompas, 23 Februari 1999, "Tanjidor Rezeki Setahun Sekali".Kelompok orkestra tersebut mengamen setahun sekali pada masa Imlek di kampung Pecinan kawasan Glodok hingga malam ke-5 Cap Go Meh. Padahal dahulu mereka pernah terkenal hingga ke āudikā, yaitu Parung Bogor, Setu, Ciketing, dan Bekasi. Dahulu, sekali pentas mereka bisa memperoleh Rp200, padahal satu gantang beras harganya 3,125 atau 2,5 rupiah saat halnya dengan kelompok tanjidor Tiga Saudara di wilayah Depok, harus menyesuaikan diri dengan perubahan, yaitu menambah seruling, gendang ataupun gong. Group ini memutuskan untuk menyesuaikan dengan selera generasi muda saat ini dengan menambah alat musik, membawa artis dangdut, dan pesinden lagu sunda. Sebelum bermain tanjidor dengan harapan semua acara berjalan lancar Kompas, 29 Maret 2006, "Saat Tanjidor Tidak Sekeren Ngeband".KOMPAS/LASTI KURNIASeni Tanjidor meramaikan suasana Lebaran Betawi yang digelar di Lapangan Perkampungan Industri Kecil PIK, Penggilingan Cakung, Jakarta, Sabtu 1/10/2011. Acara yang digelar Sabtu dan Minggu pada akhir pekan ini, menampilkan suasana perkampungan Betawi tempo dulu, ragam kesenian, dan masakan tradisional yang dibawakan oleh perwakilan seluruh kecamatan di Ibu Kota DKI PintuSeni Palang Pintu adalah pertunjukan khas yang hanya tampil pada acara pernikahan, di mana utusan pengantin laki-laki dan utusan pengantin perempuan saling berbalas diawali oleh utusan pria yang hendak meminang atau menikahi si gadis, lalu utusan pria akan menolak tetapi utusan pria bersikeras agar diterima. Di sinilah kedua utusan tesebut saling menunjukkan kelihaian mereka berbalas menarik dari Palang Pintu adalah dua utusan tersebut mengenakan busana tradisional Pangsi biasanya berwarna merah dan dilengkapi dengan group rebana dan sepasang kembang utusan wanita mau menerima biasanya diminta beberapa syarat yang harus disediakan seperti ayam dan sayuran. Maka pihak pengantin pria menyerahkan persyaratan tersebut, hal ini sebagai simbol bahwa pria memenuhi kebutuhan sehari-hari Kompas, 5 Juni 2011, "Budaya Betawi Seni untuk Membuka Palang Pintu"Ondel-ondelOndel-ondel adalah salah satu bukti peninggalan masyarakat agraris di tanah Jakarta yang dahulunya wilayah persawahan. Menurut kebudayaan Betawi, Ondel-ondel berasal dari Bebegig atau orang-orangan sawah yang biasa dipasang di tengah sawah untuk mengusir burung yang menggangu di musim panen raya, para petani dan masyarakat bergembira dengan menampilkan hiburan dan permainan. Salah satu kebiasaan mereka adalah membawa Bebegig berkeliling kampung beramai ramai dengan diiringi suara musik ramai. Dahulu sebelum membawa Bebegig atau Onde-ondel maka orang yang membawanya harus menjalani ritual agar dia kuat membawa Bebegig yang besar dan berat, tetapi kini ritual tersebut tidak dilakukan ada catatan khusus kapan Ondel-ondel hadir di masyarakat, tetapi seorang pedagang asal Inggris W. Scott menulis bahwa tahun 1605 di telah ditemukan boneka yang dipersonifikasikan sebagai leluhur penjaga kampung guna mengusir roh halus. Saat itu boneka tersebut memiliki wajah menyeramkan dan saat membuatnya memerlukan ritual A SETYAWANPekerja menyelesaian pembuatan boneka ondel-ondel di Rumah Produksi Ondel-Ondel, Situ Babakan, Jakarta, Minggu 19/9/2021. Penurunan PPKM dari level empat menjadi level tiga untuk DKI Jakarta turut mendongkrak penjualan ondel-ondel di kawasan wisata Situ Babakan setelah mengalami penurunan penjualan sejak pemberlakukan PPKM darurat hingga 75 peren. Meski tempat wisata itu masih tertutup untuk umum, namun banyak warga berbelanja souvenir di kawasan Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta menjadikan Ondel-ondel sebagai hiburan bagi masyarakat Betawi yang biasa hadir dalam hajatan atau pesta. Bahkan, pada tahun 1970 hingga akhir 1980-an, Ondel ondel menjadi permainan keliling kampung dan mendapat saweran dari warga sekitar. Ondel-ondel kemudian menjadi ikon Jakarta yang selalu ditampilkan pada acara perayaan Kota ondel-ondel terbuat dari bambu dan dibuat berongga agar orang bisa masuk ke dalamnya. Dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter dan diameter rongga 80 cm, bagian kepala memiliki rambut ijuk dan hiasan kembang muka topeng bermata besar melotot, bahan pakaiannya 10 meter untuk laki-laki mengenakan model baju koko atau pakaian pangsi, dengan muka berwajah merah, kumis melintang, jenggot dan alis tebal serta cambang, biasanya bertaring. Ondel-ondel perempuan menggunakan baju kurung polos berwarna cerah atau berkebaya dan selendang, wajah putih atau kuning, memakai gincu merah, bulu mata lancip kadang memakai tahi tampil, Ondel-ondel dibawa sepasang laki-laki dan perempuan, biasanya yang memanggul adalah laki-laki sambil berkeliling dari kampung ke kampung. Biasanya diiringi seperangkat alat musik seperti gendang, terompet, kenong dan perkembangan kota, Ondel-ondel semakin eksis menjadi ikon Jakarta, bahkan ditampilkan dalam acara resmi, Tampilannya diubah lebih menarik, wajah mejadi lebih cerah dan tersenyum serta boneka laki-laki tidak lagi memakai taring Kompas, 30 Juni 2016, "Ondel-ondel dari Betawi".KOMPAS/WAWAN H PRABOWOPenyiar radio, Arya Iman Danusaputra atau yang akrab dipanggil Arya Tanjidor dan Fe Kusumawardhani atau biasa disapa Ipeh Yapong, menyapa para pendengar Bens Radio di studio Bens Radio, Jakagarsa, Jakarta Selatan, Kamis 9/6/2011. Bens Radio menjadi salah satu radio etnik yang dibangun untuk melestarikan dan mengembangkan potensi seni dan budaya masyarakat tradisi yang lahir dari akulturasi budaya dan tumbuh di masyarakat umumnya tergerus oleh modernitas. Waktu terus berjalan dan generasi terus berganti, sehingga masyarakat sebagai konsumen penikmat seni juga terus hari ini lebih menyukai Dangdut Campursari atau musik pop daripada Gambang Keromong atau Tanjidor, Tarian pergaulan Cokek berganti dengan Dangdut Koplo ataupun layar tradisi kini hanya tampil mengisi acara perayaan resmi pemerintah daerah, itu pun jika dipanggil. Baik penikmat dan pelaku seni tradisi juga terus menurun bahkan Tanjidor dan Gambang Keromong menjadi pemandangan langka di Jakarta. Hal ini bukan hanya terjadi di tanah Betawi, di wilayah lain di Jakarta seni tradisi sudah terganti dengan keyboard atau hiburan organ tunggal dengan lagu pop atau dangdut. LITBANG KOMPASReferensi
Tari Betawi ā Sepertinya, pernyataan tentang betapa beragamnya kebudayaan baik itu kesenian maupun adat istiadat di seluruh wilayah Indonesia, sudah diketahui oleh semua orang. Dari dari Sabang sampai Merauke ini, jumlah kebudayaannya tidak bisa dihitung dengan jari begitu saja, sebab saking banyaknya. Bahkan tak jarang, dalam suatu provinsi saja memiliki kebudayaan baik itu berupa kesenian maupun adat istiadat yang berbeda-beda. Keren sekali kan negara kita ini! Salah satu kebudayaan yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat dan pemerintah adalah kesenian berwujud Tari Betawi. Yap, sesuai dengan namanya maka tentu saja Tari Betawi ini berasal dari suku Betawi yang dominan tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sama halnya dengan kesenian dari suku-suku etnis lain yang menyebar di wilayah Indonesia, Tari Betawi pun masih eksis diperagakan oleh masyarakat sekitar terutama untuk tujuan belajar dan pertunjukan seni. Lantas, apa saja sih jenis-jenis Tari Betawi yang hingga kini masih eksis tersebut? Bagaimana pula sejarah hingga ragam corak pakaian yang digunakan oleh masing-masing Tari Betawi yang ternyata jumlahnya ada belasan ini? Nah, supaya Grameds semakin cinta dengan budaya Indonesia, yuk simak ulasannya berikut ini! 15+ Jenis Tari Betawi1. Tari Kembang Lambang Sari2. Tari Nandak Ganjen3. Tari Cokek4. Tari Topeng Betawi5. Tari Gitek Balen6. Tari Zapin Betawi7. Tari Lenggang Nyai8. Tari Ronggeng Blantek9. Tari Sembah Nyai10. Tari Renggong Manis11. Tari Samra12. Tari Ngarojeng13. Tari Yapong14. Tari Sirih Kuning15. Tari Ondel-Ondel 15+ Jenis Tari Betawi 1. Tari Kembang Lambang Sari Tari Betawi yang pertama adalah Tari Kembang Lambang Sari. Dilansir dari tari tradisional yang satu berisikan ekspresi kegembiraan orang tua yang mengasuh anak, dengan cara bernyanyi dan menari. Sebenarnya, tari ini adalah kreasi baru yang diciptakan oleh seniman Wiwiek Widiastuti dan terinspirasi dari teater Topeng Betawi berjudul Bapak Jantuk. Bahkan, pola tarian dari Tari Betawi ini pun berupa transformasi pantun bertutur yang selalu dibawakan dalam teater khas tersebut. Bagi masyarakat Betawi, cerita tentang Bapak Jantuk ini menjadi kisah turun-temurun tentang kehebatan sosok Ayah yang bahagia ketika mengasuh anaknya. Ketika mengasuh, Bapak Jantuk akan selalu berbalas pantun dengan istrinya. Nah, dari dialog-dialog itulah yang menjadi inspirasi terwujudnya Tari Kembang Lambang Sari ini. Ketika dipraktikkan, nantinya akan ada sejumlah penari perempuan berjumlah ganjil dengan gerakan lemah gemulai dan lincah mengikuti iringan musik. Kostum yang digunakan berupa kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi. Untuk alat musik pengiring biasanya akan menggunakan gamelan topeng, sepasang gendang, sebuah kempul yang digantungkan, kecrek, dan gong angkong. 2. Tari Nandak Ganjen Dalam Bahasa Betawi, kata āNandakā berarti menariā dan āGanjenā berarti genitā. Sederhananya, tari tradisional ini menceritakan tentang seorang gadis ABG yang masuk memasuki usia dewasa. Grameds pasti tahu dong jika masa ABG alias remaja adalah waktu peralihan usia yang mana dominan dengan sifat memberontak. Itulah mengapa, Tari Nandak Ganjen ini menjadi ungkapan sukacita atas kebebasan yang dirasakan oleh kaum muda, terutama gadis ABG. Tari Betawi yang satu ini dikreasikan oleh Sukirman atau yang akrab disapa Entong Kisam. Beliau menciptakan tari ini setelah mendapatkan inspirasi dari sebuah pantun lama Betawi yang berbunyi, āBuah cempaka buah durian, sambil nandak cari perhatianā¦ā Pakaian yang digunakan oleh penari Nandak Ganjen ini berupa kebaya dengan pola tiga warna yakni kuning, hijau, dan merah. Para penari juga akan mengenakan ikat pinggang āpendingā berwarna emas dan selendang. Rambutnya pun akan dikonde dan diberi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas. Hal tersebut karena jenis Tari Betawi ini adalah hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dengan Betawi. 3. Tari Cokek Jika Grameds pernah menonton pertunjukan Tari Betawi yang satu ini, pasti akan merasa heran karena make up penarinya begitu putih dan tebal. Hal tersebut karena Tari Cokek memanglah diwarnai dengan budaya Tionghoa yang ada sejak abad ke-19. Tarian ini biasanya dipertunjukkan untuk mengiringi tarian lainnya, seperti Tari Sembah Nyai, Tari Sirih Kuning dan lainnya. Sedikit trivia saja nih, tarian tradisional ini identik dengan keerotisan penarinya. Itulah mengapa, jika diperhatikan secara seksama tarian ini hampir mirip dengan Tari Ronggeng Jawa Tengah dan Tari Sintren Cirebon yang sama-sama mengajak penonton untuk ikut menari bersama. Nantinya, penari akan membelitkan selendangnya pada salah satu penonton dan penonton tidak boleh menolak ajakan menari bersama itu. Awal diperkenalkannya Tari Cokek ke masyarakat, hanya dipentaskan oleh tiga penari perempuan saja. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ada sepasang penari perempuan dan laki-laki yang menarikan tarian ini. Untuk pakaian yang dikenakan biasanya berupa baju kurung dan celana panjang berbahan sutra. 4. Tari Topeng Betawi Sejarah awal terciptanya Tari Betawi ini adalah adanya ide dari 2 seniman bernama Mak Kinong dan Kong Djieon pada tahun 1930. Dilansir dari Konon, tarian tradisional ini lahir setelah mendapatkan inspirasi dari Tari Topeng Cirebon yang sudah ditampilkan oleh para seniman jalanan. Bahkan dasar pola gerakan dalam tarian ini pun hampir sama dengan Tari Topeng Cirebon. Setelah itu, tarian ini dipercaya menjadi tarian tolak bala sehingga kerap dipertunjukkan di berbagai acara kesenian hingga hajatan masyarakat setempat. Sesuai dengan namanya, maka tarian ini akan menggunakan topeng kayu sebagai alat utamanya sebagai penutup wajah. Topeng tersebut ternyata tidak memiliki tali yang diikatkan di kepala lho⦠sehingga para penari akan mengenakannya dengan cara digigit. Topeng tersebut berbentuk layaknya wajah manusia, dengan adanya mata tertutup, hidung mancung, dan bibir berwarna merah. Uniknya, pertunjukan Tari Topeng ini memiliki tema yang variatif. Mulai dari cerita legenda, kehidupan manusia, hingga kritik sosial. Untuk alat musik pengiringnya, biasanya akan menggunakan rebab, kecrek, kromong tiga, gong buyung, hingga gendang berukuran besar. 5. Tari Gitek Balen Tari Betawi yang selanjutnya adalah Tari Gitek Balen, menceritakan tentang seorang gadis remaja yang hendak memasuki usia dewasa. Itulah mengapa, gerakannya begitu lincah karena menandakan gadis remaja yang masih dalam usia pubertas. Dalam bahasa Betawi, kata āGitekā berarti goyangā, sementara kata āBelenā berarti pola pukulan yang ada pada gamelan Betawiā. 6. Tari Zapin Betawi Sesuai dengan namanya, Tari Betawi yang satu ini tentu saja berbeda dengan Tari Zapin Melayu ya⦠Dilansir dari keberadaan Tari Zapin Betawi ini lebih dominan akan perpaduan budaya Arab dan Betawi. Dalam bahasa Arab, kata āZapinā berarti menariā atau gerakan kakiā. Bahkan menurut sejarah, tari tradisional yang satu ini pertama kali dibawa oleh para pedagang Arab asal Yaman alias kaum hadhrami. Dalam perkembangannya pun, Tari Betawi ini menjadi media untuk menyebarkan agama Islam terutama bagi masyarakat suku Betawi. Berhubung Tari Zapin Betawi ini adalah jenis tarian pergaulan, maka menggambarkan akan bagaimana pergaulan yang terjadi antarwarga dengan perasaan gembira. Jadi, ketika membawakan tarian ini, harus dilakukan secara gembira karena berfungsi pula sebagai hiburan. 7. Tari Lenggang Nyai Apakah Grameds tahu bahwa Tari Betawi yang satu ini ternyata menjadi simbol perjuangan para perempuan Betawi, khususnya Nyai Dasimah? Yap, nama tarian ini berasal dari kata āLenggangā yang artinya melenggak-lenggokā, sedangkan kata āNyaiā yang merupakan panggilan untuk wanita dewasa. Tarian ini diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti. Nyai Dasimah selaku sosok inspirasi dari terciptanya tari tradisional ini merupakan seorang gadis Betawi yang berwajah cantik. Kala itu, dirinya bingung untuk menentukan pasangan hidup antara pria berkebangsaan Indonesia atau pria berkebangsaan Belanda. Setelah berpikir untuk waktu yang cukup lama, Nyai Dasimah pun memilih menikahi pria berkebangsaan Belanda bernama Edward William itu. Sayangnya, setelah pernikahan berlangsung, Edward justru memberi banyak aturan yang mengekang Nyai Dasimah. Akhirnya, Nyai Dasimah memberontak dan memperjuangkan hak kebebasannya sebagai wanita. Nantinya, tarian ini dibawakan oleh penari perempuan berjumlah 4-6 orang dengan menarikan pola lantai. Uniknya, akan ada beberapa gerakan yang menggambarkan betapa bingungnya Nyai Dasimah ketika hendak menentukan pasangan hidupnya. Nah, keberadaan Tari Betawi yang satu ini disinyalir memiliki 2 nilai yakni nilai estetika dan nilai moral. Tak luput pula adanya sentuhan budaya China dalam unsur-unsurnya. 8. Tari Ronggeng Blantek Tari Betawi yang diciptakan oleh seniman Wiwik Widiastuti ini sebenarnya adalah bentuk pengembangan dari Tari Topeng Blantek. Bahkan nama āBlantekā pada tarian ini pun berasal dari peralatan musik pengiring pada Topeng Blantek yang berbunyi āblang-blangā dan ātek-tekā. Tarian ini menggambarkan sosok perempuan Betawi yang berparas cantik, rendah hati, dan ramah. Itulah mengapa, tari kreasi ini begitu mudahnya diterima di semua lapisan masyarakat Betawi. Dilansir dari kemunculan Tari Ronggeng Blantek ini sebenarnya berkaitan dengan proyek Pengembangan Kesenian Betawi yang saat itu diadakan oleh pemerintah DKI Jakarta sejak tahun 1970. Mengingat pada tahun tersebut, masyarakat sudah mengenal modernisasi dan kesenian tradisional Betawi pun menjadi semakin tersingkirkan. Nah, melalui proyek itulah pihak pemerintah bertujuan untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat akan kebudayaan Betawi. Pada tahun 1987 lalu, tarian ini berhasil memperoleh penghargaan di berbagai ajang pertunjukan tari, baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satunya adalah penghargaan Tempio de Oro di Italia, yang berlangsung dengan diikuti oleh sejumlah 35 negara di seluruh dunia. 9. Tari Sembah Nyai Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Sembah Nyai yang diciptakan oleh Dadi Djaja dan sering dipertunjukkan untuk menyambut tamu. Tarian ini berasal dari wilayah Betawi Tengah yang sekilas terlihat seperti Tari Sekapur Sirih. Menurut penciptaan tarian ini hampir sama dengan Tari Kembang Lambang Sari yang sama-sama terinspirasi dari kisah Bapak Jantuk. 10. Tari Renggong Manis Tari Renggong Manis ini ternyata merupakan hasil dari persilangan beberapa budaya, yakni Betawi, Arab, India, dan Cina Klasik. Mengingat bahwa letak Provinsi Jakarta itu tepat berada di Pelabuhan Sunda sebagai gerbang masuk wilayah Indonesia di masa lalu, tentunya persilangan budaya tersebut waja terjadi. Biasanya, pertunjukan Tari Betawi yang satu ini dilakukan untuk menyambut tamu di acara-acara resmi. Nantinya, pertunjukan tari ini akan diiringi dengan musik Gambang Kromong yang didominasi suara rebab dua dawai. Sementara pada kostumnya, warna dan motif kain lebih mencolok karena terpengaruh oleh budaya Cina. 11. Tari Samra Berbeda dengan Tari Betawi lainnya, pada Tari Samra ini justru hanya dipentaskan oleh penari laki-laki saja. Gerakan utamanya berupa gerakan silat yang ditampilkan lebih lembut tetapi tetap mematikan. Biasanya, akan diiringi pula oleh alunan musik Orkes Gambus dan dipertunjukkan ketika acara hajatan, pernikahan, maupun khitanan. 12. Tari Ngarojeng Tari Betawi selanjutnya adalah Tari Ngarojeng yang ternyata merupakan tari kreasi baru ciptaan Wiwiek Widiastuti. Dalam bahasa Betawi, istilah āngarojengā berasal dari kata āngaronggeng ajengā, sehingga dalam praktiknya pun diadaptasi dari musik Ajeng yang berupa musik tetabuhan. Biasanya, tarian ini akan digunakan untuk mengiringi upacara pernikahan dan berkembang di wilayah Betawi pinggiran. Sedikit trivia saja nih, musik Ajeng ternyata sangat mengungkapkan adanya kesabaran, kekuatan, dan ketegaran dalam menjalani hidup. Makna dari tarian ini adalah penggambaran kehidupan para perempuan Betawi di masa lalu, terutama dalam kemampuannya berumah tangga. 13. Tari Yapong Apakah Grameds tahu bahwa Tari Yapong ini ternyata tercipta setelah masa kemerdekaan Indonesia? Yap, tepatnya pada tahun 1977, seorang penari legendaris bernama Bagong Kusudiarjo berhasil menciptakan tarian kreasi ini ketika acara Peringatan Ulang Tahun DKI Jakarta ke-450. Melalui tari ini, Beliau mengangkat cerita akan perjuangan Pangeran Jayakarta. Meskipun tarian ini termasuk tari kreasi baru, tetapi gerakan-gerakannya telah didasarkan pada kebudayaan masyarakat Betawi. Bahkan pada awal pementasannya pun, ada sekitar kurang lebih 300 seniman yang ikut andil dalam tarian ini. Asal-usul penamaan tarian ini adalah dari musik pengiringnya yang berbunyi āyaā¦yaā¦yaā¦ā, kemudian baru terdengar suara musik lanjutan berupa āpongā¦pongā¦pongā¦ā. Sama halnya dengan tarian lain yang mendapatkan akulturasi dari budaya lain, pakaian penari pada Tari Yapong pun juga menggunakan motif naga berwarna merah sebagai bentuk adanya unsur budaya Tionghoa. 14. Tari Sirih Kuning Menurut sejarah, terciptanya Tari Sirih Kuning sebagai salah satu jenis tari Betawi adalah karena terinspirasi dari Tari Cokek sebagai tari pergaulan. Itulah mengapa, tarian ini dilakukan secara berpasangan antara penari laki-laki dan perempuan. Umumnya, tarian ini akan dipentaskan untuk menyambut tamu dan memeriahkan acara-acara khusus seperti pernikahan. Jika Grameds pernah melihat pertunjukan dari Tari Sirih Kuning ini, pasti sadar bahwa pakaian yang dikenakan oleh para penari berupa baju tradisional Tionghoa. Tidak hanya pada pakaiannya saja yang mendapatkan pengaruh budaya Tionghoa, tetapi juga pada aksesoris yang berupa tusuk konde, bunga, hingga cadar hiasan kepala. 15. Tari Ondel-Ondel Tari Betawi yang terakhir adalah Tari Ondel-Ondel yang begitu populer bahkan bagi masyarakat di luar suku Betawi. Sesuai dengan namanya, tarian ini tercipta setelah adanya inspirasi oleh boneka besar yang terbuat dari anyaman bambu. Yap, boneka ondel-ondel yang memiliki tinggi kurang lebih 2,5 meter dan diameter kurang lebih 0,8 meter ini merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Betawi. Namun, tarian ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya ya⦠Tari Ondel-Ondel adalah wujud penggambaran keceriaan dari seorang gadis yang sudah diperbolehkan mengikuti pesta, dimana pesta tersebut selalu dimeriahkan dengan adanya boneka ondel-ondel. Bagi sebagian besar masyarakat Betawi, keberadaan boneka ondel-ondel memang digunakan sebagai penolak bala. Sumber ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien